HI Gaes Salam Wildlife!Sudah lama tak posting cerita perjalanan..

Touring kali ini adalah menyambut kemeriahan natal dan tahun baru 2018..Menyosong masa depan yang lebih cerah dengan terus mengexplore keindahan tanah air Indonesia.

Target utama adalah menghindari aktifitas kemeriahan di kota dan menikmati camping di pedalaman. Tujuan kali ini adalah “Pantai Coro dan Banyu Muluk Tulungagung”

Start tanggal 31 pagi tim Sueto yang ikut ada  9 orang.

Berangkat dari Surabaya menuju dari jam 11.00WIB Tulungagung. Rutenya Surabaya-Krian-Mojokerto-Mojowarno-Pare-Kediri-Tulungagung-Campur darat-Besuki-Besole-Pantai Coro Sampai di Campur darat prakiraan waktu itu sekitar jam 5 sore sempat makan siang sejenak di pare. Masuk kawasan wisata pantai popoh sekitar jam setengah 6 magrib.

Rute Google Map :

Saat itu pemandangan langit termasuk kategori amazing cuaca cerah. Menikmati sunset adalah menu favorit. Kemudian setelah mathari tenggelam kami masuk melalui jalan baru ke pantai coro. Untuk saat ini cara masuk ke pantai coro ada dua jalur lewat pantai popoh. Jalur pertama lewati kawasan pantai popoh masuk retribusi wisata pantai popoh kemudian baru retribusi pantai coro kemudian parkir boleh jalan kaki boleh pakai ojek. Jalur kedua yang kami lewati dari bukit pandang sebelum masuk kawasan wisata pantai popoh kami lewat jalan makadam yang rencana akan dibangun untuk akses langsung ke pantai coro perjalanan sekitar 3-4km kemudian ketemu pos retribusi pantai coro, boleh parkir sepeda, terus jalan kaki naik ojek boleh imbal barang bila mau camping di pantai coro tapi untuk beberapa sepeda saja.

Tujuan saat itu adalah camping di pantai coro akhirnya kami coba masukkan 2 sepeda motor untuk imbal barang dan penumpang ke pantai jaraknya sih lumayan sekitar 500meter tapi jalannya curam dan makadam untung tidak hujan saat itu.

Setelah itu motor kami parkirkan di warung kemudian jalan kaki sekitar 200meter saja untuk ke pantai coro. Awal keinginan kami ingin ngecamp di banyu muluk tapi kondisi saat itu terasa mistis..hehe akhirnya kami ngecampnya di sekitar pantai coro saja tapi di tempat yang agak tinggian biar dapat view pantai dari atas.

Waktu berlalu tenda didirikan, api unggun di nyalakan, guyonan khas suroboyo di obrolkan, kamera disiapkan, waktu berasa lama menunggu detik-detik pergantian tahun dengan ditemani para nyamuk sambil bakar-bakar apa saja yang bisa dibakar dan hujanpun tak menentu kadang deras kadang cuman gerimis. Banyak cerita mistis disini yang tak bisa diceritakan kemudian beberapa Jam pun berlalu dan akhirnya ini lah yang kami tunggu-tunggu malam pergantian tahun dengan sedikit gemuruh kembang apinya. Harapan-harapan di tahun depan pun kami panjatkan satu-persatu keinginan untuk selalu bersama disetiap rintangan membuat semangat positif para personel sueto tim saat itu.

Tahun barupun terlewati kami bersiap istirahat untuk penjelajahan esok lusa. Satu tenda isi 6 terasa lapang saat kami isi orang 9 hahaha…cuaca hujan yang tak menentu, serangan perangdunia nyamuk ke 3, bintang yang kadang malu menampakkan gemerlipnya, bula purnama yang belum sempurna dan angin yang tak berhembus sama sekali menggambarkan betapa beratnya rintangan kami esok…hahaha.

Di Pagi harinya sebagian tim segera bersiap untuk menjelajah wisata berikutnya yaitu banyumuluk yang pesonanya mengundang misteri dari tadi malam dan sebagian tim lainnya turun ke pantai untuk merasakan nikmatnya air laut pantai coro.

   Banyumuluk dari pantai coro jaraknya tak jauh sekitar 200meteran. Kenapa dijuluki banyu muluk(dalam bahasa indonesia berarti air naik) karena disini banyak air sampai atas batuan karang yang naik karena hempasan ombak yang menabrak karang dan didalam batuan karang ini ada semacam gua yang membuat bunyi hempasan airnya khas. Tidak ada apa-apa di area ini hanya gradasi tumbuhan-tumbuhan dan bentukan karang yang bagus. Kalau anda mengharapkan warung tidak ada. Warung hanya banyak di pantai coro. Berikut Dokumentasinya :

Coro Beach

Pantai Banyu Muluk

Kemudian jika dari banyumuluk anda meneruskan perjalanan ke arah timur sekitar 400m anda akan menemukan pantai dadap tapi pada saat itu hujan dan kami tak sempat untuk explore lebih jauh hanya bisa menikmati dari layar video saja.

Kembalilah kami ke pantai coro saat melihat cuaca sedang tak bersahabat. Bermandi ria dengan ombak di pantai coro yang tak pernah tenang. Membuat dokumentasi sebentar sebelum siangnya kami akan prepare kembali ke salah satu rumah singgah rekan kami di waduk wonorejo.

Ternyata firasat kami benar semakin siang hujan semakin deras jalannya pun sudah jelas sangat menantang jalan kakipun terasa sulit karena memang aksesnya tidak digarap dengan cepat tapi lucunya dengan kondisi jalan seperti itu antusias pengunjung semakin siang semakin rame berdatangan tidak perduli bapak-bapak atau ibuk-ibuk paruh baya.

Masalahnya adalah medan karena 2 motor kami masuk ke medan tempur kalau jalannya tidak hujan medan offroad kami sikat saja tapi kalau hujan ya sudah gotong-royong pun akhirnya di perlukan disini..hehe..jalanan lumpur dan berbatu kami libas dengan tipikal ban no tahu..hasilnya banyak motor terhambat lumpur frontfendernya..haha..untung kami segera menemukan kali yang mengalir dan kami bersihkan semua kuda-kuda besi yang bermandi lumpur untuk bersiap ngegas ke pusat kota tulungagung.

Sekitar habis isya kita makan malam dan sampai di waduk wonorejo yang denger-denger sebelahnya ada ranu kumbolo..eh bukan ranu gumbolo..

Malam itu setelah beristirahat sejenak ada sebagian kru ada yang bertolak pulang karena keesokan hari kembali mencari nafkah ada yang tetap beristirahat agar besok paginya bisa explore tempat-tempat wisata lain seperti Ranu Kumbolonya Tulungagung..

Tunggu Next Part cerita perjalanan kami Gaess…

Berikut Videonya :

Video 2