Archive for Mei, 2011



Pantai Gigi Taring

Perjalanan Sueto Kali ini memang terkesan penjelajah jalanan pulau Jawa kali ini perjalanan dilakukan Januari 2011 pada awalnya anak2 Sueto ingin mengadakan touring ke pantai gigi taring di daerah gunung kidul Wonosari tetapi sebelumnya Saya sendiri dan seorang teman kampus saya bernama Rian mengajak berkendara ke Lampung eh Hanya untuk menemui sang pujaan hati…so….saya ingat sayakan ada keperluan di Jakarta jadi gimana kalau sekalian saja…Hmmm setelah saya pikir dan bertekad pengalaman saya menjelajah P.Jawa sebelumnya berangkatlah kami yang hanya berdua…

Piston PZ00 yang Celaka

Sebelumnya saya berfikir kalau saya naik sepeda sendiri mah lebih enak tapi karena si PZoo lagi direparasi gara overlimit power eh sekalian cari piston di daerah barat soalnya waktu itu stok SBY dan sekitarnya lagi habis sudah kosong 3bulan jadinya ya harus boncengan naik MInervanya 150VXnya si Rian….Berangkat dari Surabaya jam 8 kurang saat malam dah…prepare2…apa yang bisa dibawa yah dibawa sepenuhnya dunks..Siap langsung berangkat!

Yang Punya MInerva

LikaLiku Perjalanan

Jalur merah berangkat-Jalur biru pulang

Perjalanan Kami mulai dari Surabaya kami memlih jalur lewat gresik berhubung jok belakang minerva tidak ergonomis pantat saya sudah mulai kepanasan padahal baru nyampe gresik diteruskan menuju Lamongan melewati Babat kemudian kami memilih jalan alternatif menuju Semarang langsung lewat Bojonegoro…werrr sekiranya nyampe Bojonegoro kota kami istirahat sebentar di alfamaret…minum2 sejenak berangkat lagi udah jam 10an mungkin terus berjalanan sedikit mau ke Cepu eh ditengah-tengah sekitar jam11an rantai motor minerva putus!jlarr apa yang kami lakukan?berdasarkan riset kami mencoba cek peralatan bengkel yang kami bawa  ternyata ada yang kurang!wadah (males bawa karena wes berat bawaannya)clingak-clinguk eh didepn ada bengkel tutup mungkin bisa kita dobrak!………….Akhirnya kami menghampiri rumah sebelahnya yang nyala wong ternyata mekanik bengkelnya ada dirumah itu…setelah konsultasi dan membetulkan motor ternyata ada masalah yang kami  bertiga tidak bisa menyelesaikan!karena kunci bengkel tidak dibawa mekaniknya jadi bengkel tidak bisa dibuka(perasaan kami terbakar)kemudian setelah berfikir sejenak………………………………………………brum…brum2 eh ada teman si montir yang menyambangi rumahnya ternyata rantai motornya kepanjangan dan alhasil ide cemerlang pun muncul kami kawin silangkan rantainya saja!Masslah Di Cepu terselesaikan….Kami berangkat lagi menyusuri jalanan Cepu yang aduhai dan bermakadam ria…

Bengawan Blora

Kemudian kami menjalani malam yang panjang dan kian larut semakin malam semakin makadam juga jalanan ini terus sampai memasuki Kabupaten Blora semakin berliku-liku juga jalan ini….Dengan berbagai keistimewaannya Blora mempunyai rupa-rupa :

  • Makanan khas Blora adalah: Sate kambing /sate ayam khas blora, lontong tahu, limun kawis, serabi,es cau,keripik tempe garing abiz khas Blora dan moho. Di Blora juga ada makanan khas yang hanya ada pada kawasan hutan Jati yakni ungker ( sejenis kepompong ).
  • Kesenian khas Blora adalah: Barongan, dan Tayub.
  • Tokoh terkenal asal Kabupaten Blora adalah: Pramoedya Ananta ToerAli MoertopoMukti AliLB MoerdaniAryo Penangsang dan Samin Surosentiko serta Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo( lahir dan besar di Cepu Kab.Blora ).
  • Tempat pariwisata di Kabupaten Blora: Goa Terawang, Waduk tempuran, Wisata Kereta Lokomotif lewat hutan jati.
  • Tanaman hias merupakan bisnis yang menjanjikan di Blora.
  • Sentra kerajinan kayu jati berada di Jepon yang terletak 7 km dari Blora arah ke Cepu.

Dengan mengandalkan GPS akhirnya kami lepas juga dari kesuraman malam Blora menuju kota Purwodadi kabupaten Grobogan saat memasuki kota ini jalan-jalan di sekitar kota tampak sangat tidak terawat menuju simpang lima alun2 kota Purwodadi kami sempat berputar-putar kota tanpa arah takjub ternyata ada kota yang tidak terawat(hanya sebagai kota lintasan (Semarang-Surabaya)tapi meskipun begitu kota ini pasti juga mempunyai sisi positif yang bisa dikunjungi seperti :

Bledug Kuwu

Di Kabupaten Grobogan berlokasi gejala alam langka berupa kawah lumpur (bledug) yang dinamakan Bledug Kuwu (karena berlokasi di Kuwu). Kawah ini secara berkala (selang 2-3 menit) melepaskan lumpur mineral dalam bentuk letupan besar (setinggi hingga 2m). Oleh penduduk setempat lumpur ini dimanfaatkan mineralnya untuk pembuatan konsentrat garam yang disebut bleng (IPA:/blɚŋ/) dan dipakai, misalnya, dalam pembuatan kerupuk karak.

Api Abadi di Mrapen

Di sisi barat wilayah kabupaten ini juga ditemukan sumur api abadi Mrapen, yang menyemburkan api tanpa henti. Umat Buddha selalu mengambil api ini untuk menyalakan obor yang dibawa dalam parade menyambut perayaan Waisak.

Makam KI Ageng Soloh saya tidur

Di sebelah timur kota Purwodadi terletak makam salah satu tokoh pendiri dinasti Mataram Islam, Ki Ageng Selo. Namanya disebut-sebut dalam Babad Tanah Jawi sebagai pendampingKi Ageng Pemanahan, nenek moyang dari kerabat kraton Jawa masa kini.

Setelah melewati purwodadi kami beristirahat sejenak saat subuh di pom bensin daerah Semarang yaitu Gubug.. setelah beristirahat mau berangkat delalah,ndadakno, suddenly lahkok kunci kontaknya patah saat buka tangki mau isi bensin!akhirnya kamipun menunggu pagi untuk mencari tukang kunci…zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz….tidur dulu sampe jam9 eh Rian datang bawa tukang kunci…kagetnya tanpa kontak tukang kunci bisa menghidupkan tuh motor..?jadi rawan dicuri saja si Minerva ini kalau PZ00 mah susahnya setengah mati klu kontakny  ilang menghidupkanya…Setelah tukang kunci buat kunci serep kami langsung cabut ke Semarang!

Di Semarang ini lo ada yang bencekno!kebetulan waktu itu saya yang nyetir……Memasuki kota Semarang yang padet dan panas kami pun berjalanan pelan menyusuri kota lemah gemulai melewati bersimpang-simpang jalur di Semarang yang rumit akhirnya kami pun terus menuju barat keluar kote Semarang dan ternyata sebelum keluar kota……………………………………………Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttttt!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!Terus ada tangan menyenggol tanganku terus setelah aku putar balik seseorang memanggilku “mas-mas”ikut saya putar balik ke pos jaga yuk!Haish ternyata Polantas menyenggol saya dan pasti saya ditilang!!!padahal saya tak merasa melanggar dan tak tahu salah saya apa…Sebenarnya mau tancap gas saja nah liat si polantas pakai VIXI-on yo kekejar ini Minerva Standar abis!seandainya pakai Pz00 sudah kabur saya dari tadi dan Rian pun menoleh tersengal-sengal(bisa anda bayangkan)……….Kok rame nih pos jaga ternyata banyak orang ketilang juga setelah saya dan rian amati sejenak ternyata yang kenk tilang pade orang luar kota semua…..Wah berarti ada main nih para Polantas Semarang…Kebetulan sejak peraturan pelanggaran tarifnya naik kesempatan nih para Polantas mendeda seenaknya..Saya kena tilang 100ribu werrr…(makani Polisi)padahal kami belum mau banding eh sudah disodori surat damai dengan bayar100ribu tanpa sidang…memang politikus sejati para polantas ini..WEs dari pada g selese-selese urusannya langsungae cabut ke Jakarta..

Perjalanan yang kami lewati seperti Batang, Pekalongan, Tegal…Serasa Semakin lama dan lambat karena udara semakin panas….Ceck kabupaten Batang yo isinya batang tok ternyata g juga ha2..ternyata Kabupaten Batang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Batang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Kendal di timur, Kabupaten Banjarnegara di selatan, serta Kota Pekalongan danKabupaten Pekalongan di barat.

Kabupaten Batang dapat dibagi dalam 3 periodisasi sejarah. Berdiri sebagai Kabupaten sejak awal abad 17 dan bertahan sampai dengan 31 Desember 1935. Per 1 Januari 1936, Batang secara resmi digabungkan kedalam Pemerintahan Kabupaten Pekalongan.

Tahun 1946, mulai ada gagasan untuk menuntut kembalinya status Kabupaten Batang. Ide pertama lahir dari Mohari yang disalurkan melalui sidang KNI Daerah dibawah pimpinan H.Ridwan. Sidang bertempat di gedung bekas rumah Contrder Belanda (Komres Kepolisian 922).

Tahun 1952, terbentuk sebuah Panitia yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Batang. Panitia ini dinamakan Panitia Pengembalian Kabupaten Batang, yang bertugas menjalankan amanat masyarakat Batang.

Dalam kepanitiaan ini duduk dari kalangan badan legislatif serta pemuka masyarakat yang berpengaruh saat itu. Susunan panitianya terdiri atas RM Mandojo Dewono (Direktur SGB Batang) sebagai Ketua, R. Abutalkah dan R. Soedijono (anggota DPRDS Kabupaten Pekalongan) sebagai Wakil Ketua. Panitia juga dilengkapi dengan dua anggota yaitu R. Soenarjo (anggota DPRDS yang juga Kepala Desa Kauman) dan Rachmat (anggota DPRDS).

Tahun 1953, Panitia menyampaikan Surat Permohonan terbentuknya kembali status Kabupaten Batang lengkap satu berkas, yang langsung diterima oleh Presiden Soekarno pada saat mengadakan peninjauan daerah dan menuju ke Semarang dengan jawaban akan diperhatikan.

Tahun 1955, Panitia mengutus delegasi ke pemerintah pusat, yang terdiri atas RM Mandojo Dewono, R.Abutalkah, dan Sutarto (dari DPRDS).

Tahun 1957, dikirim dua delegasi lagi. Delegasi I, terdiri atas M. Anwar Nasution (wakil ketua DPRDS), R.Abutalkah, dan Rachmat (Ketua DPRD Peralihan). Sedangkan delegasi II dipercayakan kepada Rachmat (Kepala Daerah Kabupaten Pekalongan), R.Abutalkah, serta M.Anwar Nasution.

Tahun 1962, mengirimkan utusan sekali. Utusan tersebut dipercayakan kepada M. Soenarjo (anggota DPRD Kabupaten Pekalongan dan juga Wedana Batang) sebagai ketua, sebagai pelapor ditetapkan Soedibjo (anggota DPRD), serta dibantu oleh anggota yaitu H. Abdullah Maksoem dan R. Abutalkah.

Tahun 1964, dikirim empat delegasi. Delegasi I, ketuanya dipercayakan R. Abutalkah, sedang pelapor adalah Achmad Rochaby (anggota DPRD). Delegasi ini dilengkapi lima orang anggota DPRD Kabupaten Pekalongan, yaitu Rachmat, R. Moechjidi, Ratam Moehardjo, Soedibjo, dan M. Soenarjo.

Delegasi II, susunan keanggotaannya sama dengan Delegasi I tersebut, sebelum menyampaikan tuntutan rakyat Batang seperti pada delegasi-delegasi terdahulu, yaitu kepada Menteri Dalam Negeri di Jakarta diawali penyampaian tuntutan tersebut kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Tengah di Semarang.

Delegasi III, yang juga susunan keanggotaannya sama dengan Delegasi I dan II kembali mengambil langkah menyampaikan tuntutan rakyat Batang langsung kepada Mendagri. Sedang Delegasi IV mengalami perubahan susunan keanggotaan. Dalam delegasi ini sebagai ketua R. Abutalkah, sebagai wakil ketua Rachmat, sedangkan sebagai pelapor adalah Ratam Moehardjo, Ahmad Rochaby sebagai sekretaris I, R. Moechjidi sebagai sekretaris II serta dilengkapi anggota yaitu Soedibjo dan M. Soenarjo.

Tahun 1965, diutus delegasi terakhir. Sebagai ketua R. Abutalkah, wakil ketua Rachmat, sekretaris I Achmad Rochaby, sekretaris II R. Moechjidi, pelapor Ratam Moehardjo serta dilengkapi dua orang anggota yaitu M. Soenarjo dan Soedibjo. Delegasi terakhir atau kesepuluh itu, memperoleh kesempatan untuk menyaksikan sidang paripurna DPR GR dalam acara persetujuan dewan atas Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Pemerintah Kabupaten Batang menjadi Undang-undang.

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1965, yang dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 52, tanggal 14 Juni 1965 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 1965, tanggal 14 Juli 1965.

Tanggal 8 April 1966, bertepatan hari Jumat Kliwon, yaitu hari yang dianggap penuh berkah bagi masyarakat tradisional Batang, dengan mengambil tempat di bekas Kanjengan Batang lama (rumah dinas yang sekaligus kantor para Bupati Batang lama) dilaksanakan peresmian pembentukan Daerah Tingkat II Batang.

Upacara yang berlangsung khidmat dari jam 08.00 s/d 11.00 itu, ditandai antara lain dengan Pernyataan Pembentukan Kabupaten Batang oleh Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Tengah Brigjend (Tit) KKO-AL Mochtar, pelantikan R. Sadi Poerwopranoto sebagai Pejabat Bupati Kepala Daerah Batang, serah terima wewenang wilayah dari Bupati KDH Pekalongan kepada Pejabat Bupati KDH Batang, serta sambutan dari Gubernur Kepala Daerah Jawa Tengah.

Terdapat banyak industri tekstil di wilayah Kabupaten Batang, dari skala rumah tangga sampai industri berorientasi ekspor, antara lain PT Primatex dan PT Saritex. Wilayah Kabupaten Batang sangat strategis dari sisi ekonomi, karena dilewati oleh jalur perdagangan nasional, jalan pantura. Wilayahnya yang memiliki garis pantai yang terhitung panjang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pelabuhan perikanan maupun pelabuhan kargo untuk barang-barang hasil produksi industri setempat.

Rencana Pemerintah Pusat untuk membangun jaringan transmisi gas bumi dari Cirebon, Jawa Barat ke Gresik, Jawa Timur memiliki potensi tumbuhnya industri besar disepanjang jalur pipa gas tersebut. Pasokan listrik di wilayah Batang juga dapat diandalkan, karena dilewati oleh jaringan SUTET milik PT PLN (persero). Di beberapa wilayah juga memiliki potensi energi hidro yang dapat dikembangkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).

Potensi di Batang dipengaruhi wilayah Batang yang sangat luas, dengan sejarah bencana geologi yang hampir tidak ada, ditunjang sumber daya manusia yang melimpah akan menguntungkan bagi investor yang hendak membangun industri di wilayah ini.

Sampai Sore kami baru sampai Cirebon nah sampai di Cirebon ini kita prepare lagi terus benerin kopling yang longgar sama suspensi ini motor sudah mulai bocor kayaknya cek alat2 bengkel lagi….Magribpan sejenak di Cirebon Habis gitu langsung cabut lewat Majalengka terus Subang mualem banget kami  lewat jalur alternatif Sumedang-Subang-Purwakarta-Karawang..Waktu perjalanan di Subang perasaan nih motor sudah jalan diatas 90km lebih tapi untuk menempuh jarak 30km butuh waktu hampir 2 jam lama banget ya..padahal jalannya mulus apa motornya yg kecapekan aku cocokin ke GPS seh emang cmn lari 75km++ berapa gitu..ealah..kemudian kami tergeletak di Purwakarta di salah satu pom bensin waktu malam sampe subuh untungnya barang2 yang kami geletakin g ilang…wuh..

Eston Haucek

Akhirnya kami teruskan menuju Karawang sudah mulai pagi masuk Bekasi ya ampyun macet banget sampai ke daerah Rawamangun salah satu anggota Sueto yang mengadu nasib di Bea Cukai JKT yaitu Eston..nyampe kos Eston Istirahat dan merenggangkan badan dulu…sambil menyelesaikan urusanku di JKT(berharap moga g ketilang lagi saat aku yang nyetir)Eh malah ketilang lagi di putar balik jalan depan Bea Cukai biasanya g ada penjaga ini kok rame eh ternyata karena ada upacara jadi banyak polisi sial lagi, sial lagi….Sore baru persiapan menujung Serang!Setelah salam rindu mbek Eston kamipun berangkat ke Serang menerobos sore macetnya orang kantor pulang JKT!Hampir 3 jam kita nyampe Tangerang melewati lika-liku ibu kota JKT……trobos2…trobos…masuk gang sempit sikat2…ngluyur dan brumm2…..melesatlah keluar Tangerang….Jalanan jadi agak lengang saat menuju Cilegon…Baru mulai dari sni saya terkatung katung dan berpisah sama si Rian yang terus ke Lampung padahal mau nganter Rian sampe JKT aja biar pulang ke SBY nah!maloag sampe Merak nganternya…gara2 anaknya g amu tersesat di JKT..Akhirnya saya berfikir kalau ada anggota Sueto yang punya rumah di Serang namanya bang Chiko…

saya calling deh di alun2 Serang  menunggu bang Chiko jemput kulo..Bang Chiko dateng foto bertiga terus habis gitu melepas Rian deh cepet2 ke Lampung(Soalnya besoknya pelabuhan delay all ada kapal terbakar untung Rian tepat waktu)….Cerita beranjut ke Perjalanan sekitar Kabupaten Banten deh di part berikutnya…


BERKUNJUNG ke Sumatera Barat belum lengkap rasanya tanpa menyempatkan ke Danau Singkarak. Daerah dengan hamparan pasir yang landai mengundang Anda untuk bercumbu dengan riaknya air danau yang terasa dingin menjilat jemari lembut Anda. Benar-benar pesona yang tidak akan terlupakan.

Anda layangkan pandangan ke arah jalan raya, terlihat jajaran pohon yang menghijau di sepanjang pinggiran danau. Di samping indah, Danau Singkarak juga cocok digunakan sebagai tempat olahraga (sport tourism) seperti di darat bisa untuk jalan santai, jogging, ataupun senam.

Keberadaan

Danau Singkarak berada di dua kabupaten di provinsi Sumatera BaratIndonesia, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.

Danau ini memiliki luas 107,8 km² dan merupakan danau terluas ke-2 di pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Namun sebahagian air danau ini dialirkan melalui terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generatorPLTA Singkarakdi dekat Lubuk Alung, kabupaten Padang Pariaman.

Fauna

Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan spesies ikan yang diperkirakan hanya hidup di danau ini[2], dan menjadi salah satu makanan khas. Penelitian para ahli mengungkapkan 19 spesies ikan perairan air tawar hidup di habitat Danau Singkarak, Kabupaten Solok dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), dengan ketersediaan bahan makanannya yang terbatas.

Dari 19 spesies itu, tiga spesies di antaranya memiliki populasi kepadatan tinggi, yakni ikan Bilih/Biko (Mystacoleusus padangensis Blkr), Asang/Nilem (Osteochilus brachmoides) dan Rinuak. Spesies ikan lainnya yang hidup di Danau Singkarak adalah, Turiak/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani), Lelan/Nillem (Osteochilis vittatus), Sasau/Barau (Hampala mocrolepidota) dan Gariang/Tor (Tor tambroides).

Kemudian, spesies ikan Kapiek (Puntius shwanefeldi) dan Balinka/Belingkah (Puntius Belinka), Baung (Macrones planiceps), Kalang (Clarias batrachus), Jabuih/Buntal (Tetradon mappa), Kalai/Gurami (Osphronemus gurami lac) dan Puyu/Betok (Anabas testudeneus).

Selanjutnya, spesies ikan Sapek/Sepat (Trichogaster trichopterus), Tilan (mastacembelus unicolor), Jumpo/Gabus (Chana striatus), Kiuang/Gabus (Chana pleurothalmus) dan Mujaie/Mujair (Tilapia pleurothalmus).

Dengan hanya ada 19 spesies ikan yang hidup di Danau Singkarak menunjukkan keanekaragaman ikan di tempat itu tidak telalu tinggi. Kondisi mesogotrofik Danau Singkarak yang menyebabkan daya dukung habitat ini untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti plankton dan betos, sangat terbatas.Dari beberapa kali penelitian menunjukan populasi plankton dan betos di Danau Singkarak sangat rendah.Padahal komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis dari terbentuknya suatu mata rantai makanan dan memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem danau.Kondisi tersebut, menyebabkan sumber nutrisi utama ikan secara alamiah umumnya adalah berbagai jenis plankton dan bentos.

Legenda Danau Singkarak

Alkisah, di sebuah kampung di daerah Sumatra Barat, hiduplah keluarga Pak Buyung. Ia  tinggal di sebuah gubuk di pinggir laut bersama istri dan seorang anaknya yang masih kecil bernama Indra. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Pak Buyung bersama istrinya mengumpulkan hasil-hasil hutan dan menangkap ikan di laut. Setiap pagi mereka pergi ke hutan di Bukit Junjung Sirih untuk mencari manau, rotan, dan damar untuk dijual ke pasar. Jika musim ikan tiba, mereka pergi ke laut menangkap ikan dengan menggunakan pancing, bubu ataupun jala.

Ketika sudah berumur sepuluh tahun, Indra sering membantu kedua orangtuanya ke hutan maupun ke laut. Betapa senang hati Pak Buyung dan istrinya mempunyai anak yang rajin seperti Indra. Namun, ada satu hal yang membuat mereka risau, karena si Indra memiliki suatu keanehan, yaitu selera makannya amatlah berlebihan. Dalam sekali makan, ia dapat menghabiskan nasi setengah bakul dengan lauk beberapa piring.

Pada suatu ketika, musim paceklik tiba. Baik hasil hutan maupun hasil laut sangat sulit diperoleh. Untuk itu, keluarga Pak Buyung harus berhemat terutama menahan selera makan. Mereka harus makan apa adanya. Jika tidak ada nasi, mereka makan ubi atau pun keladi (talas). Cukup lama musim paceklik berlangsung, sehingga mereka semakin kesulitan mendapatkan makanan. Hal itu rupanya membuat mereka lebih peduli pada diri sendiri daripada terhadap anaknya. Kesulitan mendapatkan makanan itu juga membuat mereka hampir berputus asa. Mereka sering bermalas-malasan pergi mencari rotan ke hutan dan mencari ikan ke laut.

Sudah beberapa hari keluarga Pak Buyung hanya makan ubi bakar. Tentu hal itu tidak mengenyangkan perut si Indra. Suatu hari, Indra menangis minta makanan kepada kedua orangtuanya.

“Ayah, carikan saya makanan! Saya sangat lapar,” keluh Indra.

“Hei, anak malas! Kalau kamu lapar carilah sendiri makanan ke hutan atau ke laut sana!” seru ayahnya dengan nada kesal.

“Pak! Bukankah anak kita masih kecil? Tentu dia belum bisa mencari makanan sendiri,’ sahut sang Ibu.

“Iya, dia memang masih anak-anak. Tapi, dia yang paling banyak makannya,” bantah sang suami.

Mendengar bantahan suaminya itu, sang Istri pun diam. Ia kemudian membujuk Indra agar berangkat sendiri ke Bukit Junjung Sirih untuk mencari hasil-hasil hutan di Bukit. Indra pun menuruti nasehat ibunya. Sebelum berangkat ke hutan, Indra terlebih dahulu memberi makan seekor ayam piaraannya yang bernama Taduang. Si Taduang adalah seekor ayam yang pandai. Setiap kali tuannya (si Indra) pulang dari hutan, ia selalu berkokok menyambut kedatangan tuannya.

Menjelang siang, Indra pulang dari hutan tanpa membawa hasil. Keesokan harinya, ayahnya memerintahkannya pergi ke laut untuk memancing ikan. Saat Indra pergi ke laut, ayah dan ibunya hanya tidur-tiduran di gubuk. Tampaknya, mereka benar-benar sudah putus asa menghadapi kesulitan hidup. Keadaan demikian berlangsung selama sebulan, sehingga Indra merasa tubuhnya sangat lelah dan berniat untuk beristirahat beberapa hari.

Pada suatu hari, sepulang dari laut mencari ikan, Indra berkata kepada ayahnya:

“Ayah! Badanku terasa sangat letih. Bolehkah saya beristirahat untuk beberapa hari?” pinta Indra.

“Apa katamu? Dasar anak malas! Kamu tidak boleh beristirahat. Besok kamu harus tetap kembali ke laut mencari ikan,” ujar sang Ayah.

Oleh karena tidak ingin membatah perintah ayahnya, keesokan harinya Indra pergi ke laut mencari ikan. Ketika Indra berangkat ke laut, secara diam-diam ibunya juga berangkat ke laut. Tapi, ia menuju ke sebuah tanjung, agak jauh dari tempat Indra mencari ikan. Sementara ayahnya pergi ke hutan.

Menjelang siang, Pak Buyung kembali dari hutan dengan membawa seikat ijuk. Sesampainya di rumah, ia melihat istrinya sedang membersihkan pensi (sejenis kerang berukuran kecil).

“Sedang apa, Bu?” tanya  Pak Buyung kepada istrinya.

“Sedang membersihkan pensi, Pak! Tadi ketika hendak mencari ikan di laut, aku melihat banyak warga dari kampung tetangga sedang mencari pensi. Akhirnya aku pun ikut mencari pensi bersama mereka,” jawab istrinya.

“Bagaimana cara memasaknya? Bukankah Ibu belum pernah memasak pensi sebelumnya? ” tanya Pak Buyung.

“Tenang, Pak! Kata seorang warga dari kampung tetangga, daging pensi enak jika dimasakpangek[1],” jelas istrinya.

“Wah, kalau begitu, kita makan enak siang ini,” ucap Pak Buyung sambil mengusap-usap perutnya yang sudah keroncongan.

Setelah membersihkan pensi itu, sang Istri pun segera membuatkan bumbu dan memasaknya. Tak lama kemudian, aroma masakan pangek pun tercium oleh Pak Buyung.

“Wah, harum sekali aromanya. Istriku memang pintar memasak,” puji Pak Buyung seraya mendekati istrinya yang sedang masak di dapur.

“Bu, apakah pangek ini cukup kita makan bertiga?” tanya Pak Buyung.

“Tentu saja cukup,” jawab istrinya.

“Apakah Ibu sudah lupa kalau si Indra makannya banyak? Pangek ini pasti tidak cukup dia makan sendiri,” kata Pak Buyung.

‘Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanya istrinya.

“Bagaimana kalau kita makan diam-diam, selagi si Indra masih berada di laut,” saran Pak Buyung.

“Tapi, sebentar lagi dia pulang,” kata istrinya.

“Kalau dia pulang, pasti akan ketahuan.,” ucap Pak Buyung.

“Bagaimana Bapak bisa mengetahuinya!” tanya istrinya.

“Jika si Taduang berkokok, berarti si Indra telah pulang,” jawab Pak Buyung.

Sang Istri pun mengangguk-angguk mendengar jawaban suaminya. Keduanya pun menyantappangek itu dengan lahapnya. Namun, baru makan beberapa suap, tiba-tiba ayam peliharaan Indra berkokok. Mendengar kokok ayam itu, kedua suami-istri itu segera mencuci tangan, lalu membereskan makanan dan menyembunyikannya di bawah tempat tidur. Ketika Indra masuk ke gubuk, ia melihat kedua orangtuanya sedang duduk-duduk bersantai. Kedua orangtuanya terlihat tenang, seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi.

“Hei, Indra! Mana ikan yang kamu peroleh?” tanya ayahnya.

“Maaf, Ayah! Hari ini aku tidak memperoleh ikan?” jawab Indra dengan wajah kusut.

“Kenapa kamu pulang kalau belum memperoleh ikan?” tanya ayahnya.

“Maaf, Ayah! Saya sangat letih dan lapar,” jawab Indra.

“Hei, apa yang bisa kamu makan kalau tidak memperoleh ikan?” sang Ayah kembali bertanya.

“Saya sudah berusaha, Ayah. Tapi belum berhasil,” jawab Indra.

“Ayah, Ibu! Adakah sesuatu yang bisa saya makan. Sekedar pengganjal perut,” pinta Indra kepada kedua orangtuanya.

“Tidak! Hari ini tidak ada makanan untuk anak pemalas,” kata ayahnya.

“Tapi, Ayah! Saya lapar sekali,” keluh Indra sambil memegang perutnya.

“Baiklah! Kamu boleh makan, tapi kamu harus mencuci ijuk ini sampai bersih,” sahut ibunya sambil menyerahkan ijuk yang tadi dibawa suaminya dari hutan.

Indra pun segera pergi ke laut mencuci ijuk itu karena ingin mendapatkan makanan dari kedua orangtuanya. Ketika Indra berangkat ke laut, kedua orangtuanya kembali melanjutkan acara makan mereka.

“Wah, meskipun baru kali ini Ibu memasak pangek pensi, tapi rasanya lezat sekali,” sanjung Pak Buyung kepada istrinya.

Sang Istri tersenyum mendengar sanjungan suaminya. Kemudian sepasang suami istri itu makanpangek dengan lahapnya. Mereka baru berhenti makan setelah perut mereka benar-benar sudah penuh. Selesai makan, mereka kembali menyembunyikan makanan yang masih tersisa di bawah tempat tidur. Tidak beberapa lama kemudian, si Taduang terdengar berkokok, pertanda tuannya telah kembali dari laut. Ketika masuk ke dalam gubuk, Indra melihat kedua orangtuanya masih sedang duduk bersantai.

“Bagaimana? Apakah ijuk itu sudah bersih kamu cuci?” tanya ibunya.

“Sudah, Bu,” jawab Indra sambil meletakkan ijuk itu di depan ibunya.

“Hah! Kenapa masih hitam begini? Kamu harus mencucinya hingga berwarna putih,” ujar ibunya.

“Tapi, Bu! Aku sudah berusaha mencucinya berkali-kali, bahkan aku menggosoknya dengan campuran pasir, tapi masih tetap berwarna hitam,” sanggah Indra.

“Ah, alasan saja! Cuci lagi ijuk itu ke laut!” seru ayahnya.

Dengan langkah sempoyongan, Indra pun kembali ke laut. Sesampainya di laut, ia terus berusaha mencuci dan menggosok ijuk itu hingga berkali-kali, tetapi tetap saja berwarna hitam. Rupanya Indra yang masih anak-anak tidak mengetahui jika ijuk itu memang pada dasarnya berwarna hitam. Meskipun ijuk itu berkali-kali dicuci dan digosok, tentu tidak akan pernah berwarna putih.

Menjelang senja, Indra kembali ke gubuknya. Ketika masuk ke ruang tengah gubuknya, ia tidak lagi melihat kedua orangtuanya duduk-duduk. Dengan pelan-pelan, ia melangkah menuju ke ruang dapur. Betapa terkejutnya ia ketika melihat kedua orangtuanya sedang tertidur pulas di ruang dapur. Di sekeliling mereka berserakan piring makan, bakul nasi, dan panci pangek pensi yang telah kosong. Hanya kuah dengan beberapa cuil daging pensi yang tersisa.

Alangkah sedihnya hati Indra menyaksikan semua itu. Kini ia menyadari bahwa kedua orangtuanya telah menipu dan membohonginya. Namun, sebagai anak yang berbakti, dia tidak ingin marah kepada mereka yang telah melahirkannya. Ia pun berjalan keluar dari gubuknya sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya. Saat berada di luar gubuk, ia langsung menangkap ayam kesayangannya, si Taduang. Kemudian ia duduk di atas batu di samping gubuknya sambil mengusab-usap bulu si Taduang.

“Taduang! Rupanya Ayah dan Ibuku telah menipuku. Untuk apalagi aku tinggal bersama mereka di sini, kalau mereka sudah tidak menyayangiku lagi,” kata Indra kepada ayamnya.

Mendengar pernyataan Indra, ayam itu pun berkokok berkali-kali, pertanda bahwa ia mengerti perasaan tuannya. Si Taduang kemudian mengepak-ngepakkan sayapnya. Indra pun mengerti bahwa ayam kesayangannya itu akan mengajaknya pergi meninggalkan kampung itu. Dengan cepat, Indra pun segera berpegangan pada kaki si Taduang. Beberapa saat kemudian, si Taduang terbang ke udara, sementara Indra tetap berpegangan pada kakinya. Saat tubuh Indra terangkat, batu tempat Indra duduk itu juga ikut terangkat. Anehnya, semakin tinggi mereka terbang, batu itu semakin membesar. Akhirnya, si Taduang pun sudah tidak kuat lagi membawa terbang si Indra bersama batu besar itu. Melihat hal itu, Indra pun segera menyentakkan kakinya, sehingga batu besar itu melesat menuju ke bumi dan menghantam salah satu bukit yang ada di sekitar lautan. Hantaman batu itu membentuk sebuah lubang memanjang. Dengan cepat, air laut pun mengalir ke arah lubang itu dan menembus bukit, sehingga membentuk aliran sungai.

Konon, itulah yang menjadi asal mula Sungai Batang Ombilin, yang bermuara ke daerah Riau. Semakin lama air laut itu semakin menyusut, sehingga lautan itu berubah menjadi Danau Singkarak yang hingga kini menjadi kebanggaan masyarakat Solok. Sementara Indra yang diterbangkan oleh ayam kesayangannya, si Taduang, hingga kini tidak diketahui keberadaannya.

Akses

Untuk sampai ke danau ini, perjalanan dapat ditempuh melalui jalur darat. Apabila menggunakan kendaraan umum, dari Kota Padang ke lokasi perjalanan membutuhkan waktu lebih kurang 2,5 jam dengan ongkos berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 25.000 (Februari 2008). Bagi para wisatawan yang ingin menggunakan mobil sewaan, biayanya sekitar Rp 400.000 per hari (Februari 2008). Kalau Dari Bandara Minangkabau Padang ditempuh hanya sekitar 1,5 jam-2 jam dengan angkutan umum yang tarifnya sekitar Rp 25.000 sampai Rp 30.000. Juga, jikaberkereta dari Padang melalui simpang tiga pekan Solok, pasti melewati danau ini. Dan bila menyusur dari Bukittinggi yang telaknya hanya sekitar 36 Km dari Bukittinggi, akan melewati banjaran gunung yang terbungkam di sebelah kiri jalan. Di kaki gunung, suasana petak-petak sawah dipenuhi anak-anak padi yang terliuk-liuk dihembus sang bayu.

Mau menuju ke Danau Singkarak,leawt udara telah tersedia  Bandara baru di Padang . Bandara Minangkabau bertaraf internasional dioperasikan sejak 22 Juli 2005, memiliki desain arsitektur tradisional Minangkabau. Ciri khas Bagonjong atau atap berbentuk tanduk, interior terminal penumpang yang dihiasi ukiran Minangkabau tradisional, begitu kuat dan melekat menghiasi bandara ini
Bandara Minangkabau terletak 23 km dari pusat Kota Padang, kini sudah disinggagi sekitar 14 pesawat terbang setiap harinya dengan rute yang menghubungan Padang dengan Jakarta, Medan, Batam dan Pekanbaru untuk domestik, sedangkan untuk pelayanan transportasi udara ke luar negeri (internasional) yaitu Singapura dan Kuala Lumpur.
Hingga kini, tercatat sepuluh maskapai penerbangan nasional dan dua maskapai penerbangan asing beroperasi di Bandara Internasional Minangkabau, yang dapat menampung pesawat berbadan lebar seperti A 330 atau MD 11.
Sebagai bandara internasional, sudah dilengkapi berbagai fasilitas seperti landasan pacu (runway) 2.750  x  45 m2, Landasan penghubung (taxiway) 2 x 30 m2  dan 1 x 23 m2, Apron pesawat penumpang 315 x 120 m2 (8 bh pesawat B 737), Apron perawatan pesawat udara dan      PKP-PK dengan Category IX. Juga Garbarata (Aviobridge) sebanyak 2 buah.

Fasilitas

Selain tempat berwisata yang mengasyikkan, Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat olahraga (sport tourism) seperti di darat bisa untuk jalan santai, jogging, senam. Di danau untuk olahraga berenang, fishing, dayung dan olahraga udara seperti paragliding, terjun bebas, parasailing, paralayang yang melayang di udara bebas dengan pemandangan yang indah. Apalagi, Danau yang terletak pada ketinggian 36,5 meter dengan suasana berbukit maka sangat cocok untuk paralayang.

Di sekeliling Danau Singkarak banyak terdapat sarana penginapan berupa hotel dan wisma. Selain itu, di sepanjang pinggir danau juga berjejer rumah makan dan restoran sehingga para wisatawan bisa memilih tempat bersantap ria yang sesuai dengan selera.



BINGUNG memilih tempat untuk berlibur saat liburan sekolah nanti? Taman Nasional Kutai (TNK) merupakan salah satu objek wisata andalan di Kalimantan Timur dan bisa menjadi pilihan tepat.

Selain sebagai ajang wisata alam, TNK juga bisa digunakan sebagai kegiatan penelitian, perkemahan, serta pendidikan alam. TNK merupakan taman nasional ketiga di Tanah Air yang digunakan sebagai pusat rehabilitasi orangutan.

Taman Nasional Kutai atau biasa disingkat TNK adalah sebuah taman nasional yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan sebagian kecil wilayah Kota Bontang yang memiliki lahan total seluas 198.629 ha. Kantor atau balai pengeloloa TNK berada di Kota Bontang. Namun seiring masuk tahun 2000-an, wilayah TNK ini mulai dirambah penduduk untuk dijadikan pemukiman dan lahan perkebunan sehingga wilayah TNK yang masih benar-benar asli mungkin jauh dibawah lahan yang seluas 198.629 ha pada akhir tahun 1990-an.

Sejarah

Kawasan ini semula berstatus sebagai Hutan Persediaan dengan luas 2.000.000 ha berdasarkan Surat Keputusan (SK) Pemerintah Hindia Belanda (GB) Nomor: 3843/AZ/1934, yang kemudian oleh Pemerintah Kerajaan Kutai ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa Kutai melalui SK (ZB) Nomor: 80/22-ZB/1936 dengan luas 306.000 ha.

Sejak keberadaan TN Kutai memang tidak pernah lepas dari konflik kepentingan. Berdasarkan data yang ada, dalam kurun waktu 63 tahun terakhir terhitung sejak tahun 1934 sampai tahun 1997 kawasan ini terus mengalami pengurangan luas secara drastis

Flora

Taman Nasional Kutai memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia.

Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.

Pohon ulin yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.

Fauna

Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, taman nasional ini juga memiliki potensi keanekaragaman satwa yang tinggi, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan (Pongo satyrus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil(Tragulus javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai. Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau (Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular asia (Anhinga melanogaster melanogaster).

Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang berlokasi di Teluk Kaba.

Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan pelestarian taman nasional tersebut.

Letak

TN Kutai membentang di sepanjang garis khatulistiwa mulai dari pantai Selat Makassar sebagai batas bagian timur menuju arah daratan sepanjang kurang dari 65 km. Kawasan ini juga dibatasi Sungai Sangatta di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi Hutan Lindung Bontang dan HPH PT Surya Hutani Jaya, dan sebelah barat dibatasi ex HTI PT Kiani Lestari dan HPHPT Surya Hutani Jaya. TN Kutai secara geografis berada di 0o7’54” – 0o33’53” LU dan 116o58’48” – 117o35’29” BT, sedangkan wilayah administratifnya terletak di kecamatan Bontang selatan dan utara, kecamatan muara badak, kecamatan marang kayu kabupaten kutai timur propinsi Kaltim, Indonesia.

Lokasi Wisata

Teluk Kaba dan Muara Sangkimah. Wisata bahari dan pengamatan satwa seperti orangutan, bekantan, rusa sambar, kancil, beruang madu dan burung.
Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata. Wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko. Penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi hutan.
Goa Lobang Angin. Wisata goa.

Atraksi Budaya

Festival Erau pada bulan September di Tenggarong.

Musim kunjungan terbaik: bulan April s/d Oktober setiap tahunnya.

Fasilitas

Di kawasan TNK terdapat peginapan(podokan) yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Disamping itu TNK memiliki beberapa fasilitas penunjang lainnya bumi perkemahan, speed boat dan kapal, fasilitas penelitian dll.

Akses

Perjalanan dapat ditempuh melalui perjalanan darat. Jarak Samarinda menuju Bontang adalah 120km ditempuh dalam waktu rata2 2,5-3jam atau bisa juga dari Balikpapan menuju Bontang 250km dengan jarak tempuh 4,5-5jam perjalanan. Bontang-Teluk Kaba dengan menggunakan speed boat sekira 30 menit. Selain itu, antara Bontang-Sanggata terdapat jalan raya membelah taman nasional.


Para penggemar iPhone, atau siapa pun yang menginginkan cemilan tak biasa, bisa menikmati versi penganan dari gadget keluaran Apple itu di kafe Green Gables.

Kumiko Kudo, 44, pemilik kafe, mulai menjual smartphone ikonik tersebut semenjak seorang pelanggan memintanya untuk membuat kue kering iPod Touch untuk ultahnya.
Si pelanggan salah sangka, mengira kue itu berbentuk iPhone. Tetapi ia sudah kadung senang lalu menyebar berita tentang kafe Green Gables lewat Twitter.

Menurut Asahi, Kudo pernah diundang untuk bertemu Presiden Softbank Masayoshi Son dan memberinya sepotong kue kering iPhone. Teleco Softbank adalah distributor iPhone di Jepang, dan Son adalah salah satu wirausaha terkemuka di Jepang. Son juga sudah
berkomentar lewat akun Twitternya tentang betapa dia sangat menginginkan sepotong kue iPhone. Dia lalu menulis lagi, “Saya sangat bahagia. Saya tidak tega memakannya.”

Dalam sehari, Kudo hanya memproduksi 20 kue iPhone. Per kue dijual seharga ¥2,730 atau Rp 290 ribu. Kudo juga sudah pernah mencoba membuat kue iPad, tapi, “kuenya jadi terlalu besar, berat, dan sukar dibuat.”

Sama seperti aslinya, hanya kue iPhone ini tidak memiliki portal USB.

Green Gables — Maezuhigashi 88-4, Tokumei, Aizumi, Itano, Tokushima. tel.+81 88 692 0256

Mirror Labuan Lake


Jauh di pedalaman Kalimantan Timur sana, terbentanglah Danau Labuan Cermin. Danau bening ini istimewa karena memiliki laut di dasarnya. Laut di dasar danau? Benar, danau ini memiliki aliran air asin yang hanya ada di bagian bawah danau.

Labuan Cermin terletak di Kecamatan Biduk-biduk Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Jika dilihat di peta, letaknya tepat di punggung hidung Kalimantan. Tempat ini bisa ditempuh dalam tiga jam perjalanan laut dari Derawan.

Bagian atas Danau Labuan Cermin berisi air tawar seperti danau pada umumnya. Namun beberapa meter di bawahnya terdapat aliran air asin. Anehnya, kedua jenis air ini tidak tercampur. Secara kasat mata dapat dilihat bahwa air laut dan air tawar dipisahkan oleh lapisan serupa awan.

Belum ada yang melakukan penelitian di daerah ini sehingga terbentuknya fenomena ini masih menjadi misteri. Air yang konon juga menjadi tempat mandi para Raja Berau di masa lalu, juga dimanfaatkan warga sebagai sumber air bersih. Tak perlu bahan kimia, cukup siapkan pipa saja dan air bisa disedot untuk dialirkan ke rumah-rumah.

Lapisan keruh berwarna putih itu diduga hasil pembusukan organisme dasar labuhan yang terperangkap dan tak bisa pergi. Dua jenis air di danau ini juga menghadirkan organisme dari dua dunia. Ikan air tawar hidup di permukaan, sedangkan ikan air laut bisa ditemukan di dasar danau.

Danau mungil ini dikelilingi hutan dan ada tebing menjulang tinggi di salah satu sisinya. Sambil berenang kami disuguhi musik hutan — suara burung dan serangga. Tak mengherankan jika danau ini diberi nama Labuan Cermin: airnya jernih sekali sampai orang bisa bercermin di atasnya. Arus di beberapa tempat cukup kuat dan mudah menyeret orang yang tak bisa berenang.

Untuk menuju tempat ini kami harus menumpang sampan nelayan dan melewati perjalanan selama 15 menit, menembus semak bakau dan hutan. Hutan itu masih dihuni aneka binatang liar seperti monyet, bekantan, berang-berang dan beruang madu.

Karena jaraknya cukup jauh dari kota, jarang atau hampir tidak ada turis yang berkunjung ke sini. Tempat ini hanya dikenal oleh orang-orang lokal dari sekitar daerah itu. Fasilitas dan prasarana pun masih seadanya. Tempat kami menginap adalah sebuah Pusat Informasi Nelayan (PIN) binaan The Nature Conservancy, lembaga pegiat pelestarian lingkungan yang mengundang saya mengunjungi tempat ini.

PIN berbentuk rumah panggung di tepi muara sebuah sungai, hanya beberapa ratus meter dari laut. Rumah itu punya semacam dermaga kecil tempat menambatkan perahu. Sungai di depan PIN berair payau. Kadar keasinannya tergantung pada pasang-surut air laut. Ketika laut surut, sungai berubah menjadi sangat jernih sehingga dasarnya dapat dilihat dengan jelas.

Dari beranda kita bisa melihat ikan berseliweran. Ada ikan yang banyak durinya, ada ikan yang menyengat dan ikan yang bertubuh pipih panjang. Tak hanya dikunjungi oleh para nelayan, PIN juga menjadi tempat berkumpul anak-anak nelayan yang hendak menonton film tentang kehidupan laut atau membaca koleksi perpustakaan.

Tak jauh dari lokasi ini, penikmat wisata juga bisa mengunjungi pantai Teluk Sulaiman, yang tak kalah indah dengan Pulau Derawan. Kawasan itu juga terus ditingkatkan fasilitasnya sebagai daerah kunjungan wisata alternatif.


Pemandu

Entah karena budaya guyub yang sangat kental atau terbiasa “manja”, kita ingin dilayani dalam segala sesuatu sehingga tingkat kemandirian orang Indonesia dalam hal jalan-jalan kurang membanggakan. Turis Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri, sangat khas: datang naik bus-bus besar, pakai baju seragam, didampingi pemimpin rombongan dan foto bersama dengan spanduk besar di depan objek wisata.

Jalan-jalan bersama rombongan tur memang begitu. Saat melihat objek wisata pasti berbondong-bondong ke sana-sini, dan berebut foto-foto. Memang kita dapat melihat lebih banyak, tapi masing-masing dengan waktu yang sedikit.

Sementara jalan-jalan sendiri tanpa ikut tur pun membutuhkan persiapan yang lebih ribet yang tidak bisa dilakukan semua orang. Padahal ada tempat-tempat tertentu yang lebih efisien dikunjungi secara kelompok dibanding sendiri. Bisa jadi karena izin masuknya tidak mudah didapat atau biayanya jadi mahal jika datang secara perorangan.

Sebelum Anda menentukan apakah akan ikut tur atau pergi sendiri, simaklah beberapa bahan pertimbangan di bawah ini:

1. Aturan setempat

Jika Anda seorang perempuan dan ingin ke Arab Saudi, misalnya, pergi dengan tur adalah pilihan yang lebih efisien. Mengingat di Arab Saudi, perempuan harus datang dengan muhrim, sudah pasti Anda tidak mungkin datang sendirian. Kalaupun Anda tidak ada masalah soal muhrim, mengurus visa juga tidak mudah karena banyaknya orang yang memohon visa, terutama saat musim ramai seperti Ramadan.

2. Kondisi geografis

Beberapa tempat memiliki kondisi geografis yang sulit atau kekurangan sarana transportasi publik. Contohnya bila Anda ingin island hopping (menjelajahi pulau-pulau) di daerah Wakatobi. Di sana, letak pulau-pulaunya berjauhan dan angkutan kapal hanya menjangkau pulau-pulau tertentu. Alhasil Anda harus sewa kapal untuk ke sana-sini dengan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, akan lebih mudah dan efisien bila Anda datang bersama kelompok, jadi bisa patungan biaya transportasinya.

3. Rencana perjalanan

Perhatikan dengan seksama rencana perjalanan yang ditawarkan paket tur.  Sering kali agen perjalanan membuat paket dengan banyak tempat kunjungan — padahal tempat-tempat tersebut terletak dalam satu kawasan. Sebagai contoh, agen perjalanan menyebutkan nama beberapa pantai yang sebenarnya berdekatan. Maka cari tahu peta lokasi. Jika rencana perjalanan banyak merujuk ke tempat-tempat dengan lokasi berdekatan dan mudah dicapai, lupakan ikut tur karena lebih baik Anda pergi sendiri.

4. Kurang persiapan

Persiapan yang memadai adalah kunci menuju perjalanan seru. Persiapan di sini maksudnya adalah informasi tentang destinasi menyangkut lokasi wisata, akomodasi dan transportasi. Daripada ngotot pergi sendiri kemudian bingung hendak apa setelah sampai tujuan — atau ternyata sulit mencapai lokasi yang Anda mau, tur adalah solusi yang tepat. Anda tidak harus ikut tur dari tempat asal, malah lebih murah jika bergabung dengan tur lokal di tempat tujuan.

5. Tipe wisata

Bila Anda ingin pergi ke tempat-tempat yang membutuhkan keleluasaan waktu, sebaiknya Anda pergi sendiri. Terutama jika Anda tergolong orang yang gemar mengamati hal-hal kecil secara mendetail seperti relief bangunan. Hal yang sama juga berlaku bagi Anda yang suka bergaul dengan penduduk lokal. Selain waktu yang terbatas, tur juga mewajibkan pesertanya untuk selalu dalam kelompok. Nggak enak kan, lagi asyik mengagumi relief, Anda dipanggil kembali ke bus.

Kalau dengan tips di atas Anda masih bingung menentukan mau ikut tur atau pergi sendiri secara mandiri, carilah rekan perjalanan dan biarkan dia yang mengambil keputusan.


Sumba island

Pulau Sumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara TimurIndonesia. Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). Sumba berbatasan dengan Sumbawa di sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan dan tenggara. Selat Sumba terletak di utara pulau ini. Di bagian timur terletak Laut Sawu serta Samudra Hindia terletak di sebelah selatan dan barat.

Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini sendiri terdiri dari empat kabupaten: Kabupaten Sumba BaratKabupaten Sumba Barat DayaKabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota terbesarnya adalah Waingapu, ibukota Kabupaten Sumba Timur. Kota tersebut juga terdapat bandar udara dan pelabuhan laut yang menghubungkan Pulau Sumba dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia seperti Pulau Sumbawa, Pulau Flores, dan Pulau Timor.

Sebelum dikunjungi bangsa Eropa pada 1522, Sumba dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Sejak 1866, pulau ini dikuasai oleh Hindia-Belandadan selanjutnya menjadi bagian dari Indonesia.

Masyarakat Sumba secara rasial merupakan campuran dari ras Mongoloid dan Melanesoid. Sebagian besar penduduknya menganut kepercayaan animisme Marapu dan agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Kaum muslim dalam jumlah kecil dapat ditemukan di sepanjang kawasan pesisir.

Go to Sumba

Pulau Sumba dapat dicapai melalui udara lewat dua bandaranya. Bandar udara Tambolaka di Sumba Barat dan Bandar Udara Umbu Mehang Kunda di Sumba Timur.

Penerbangan dilayani setiap hari oleh Merpati, Batavia dan Transnusa. Dari Jakarta pesawat akan transit di Denpasar, Bali sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau ini. Penerbangan oleh Merpati bertujuan akhir ke Kupang, dengan jalur Denpasar-Tambolaka-Waingapu-Kupang dan sebaliknya. Perjalanan udara dari Tambolaka ke Waingapu memakan waktu kurang dari 10 menit, saat yang tepat untuk mengamati Sumba dari udara.

Pulau ini juga bisa dicapai melalui laut dari pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Transportasi

Jangan lupa membawa peta pulau maupun peta kota untuk memperkirakan jarak dan lokasi. Peta dapat diunduh dari beberapa situs panduan perjalanan.

Kondisi jalan utama yang menghubungkan kota-kota utama di Sumba sudah relatif baik. Jalan-jalan yang lebih kecil masih banyak mengalami kerusakan, berlubang dan berlumpur saat hujan. Ada beberapa jembatan yang masih dalam perbaikan sehingga pengendara kendaraan bermotor harus menyeberangi sungai.

Transportasi umum tersedia pada jalur-jalur utama. Angkutan antar kota menggunakan mobil elf, biasanya sangat penuh sampai penumpang bergelantungan di pintu dan atap mobil. Jalur menuju daerah yang lebih terpencil dilayani oleh beberapa truk dengan jadwal tak menentu.

Dua kota besarnya, Waingapu dan Waikabubak dapat dicapai dengan travel seharga Rp 50 ribu dengan waktu tempuh 5 jam. Travel akan menjemput dan mengantar penumpang ke tempat tujuan.

Pengelola hotel biasanya bisa membantu mencari motor maupun mobil yang disewakan. Tarif penyewaan motor lengkap dengan pemandu Rp 200 ribu. Adapun tarif sewa mobil mulai Rp 400 ribu.

Kuliner dan Souvenir

Hampir tidak ada makanan khas yang dijual di Sumba. Ditambah lagi, jarang sekali ada warung yang menjual makanan. Tempat makan hanya ada di pusat kota. Meski sebagian besar penduduk beragama Kristen, makanan halal dapat diperoleh dengan mudah. Jika ingin pergi jauh seharian ke daerah terpencil, sangat disarankan untuk membawa bekal dari kota.

Oleh-oleh khas Sumba adalah ikat tenun. Beberapa kampung adat juga merupakan penghasil ikat tenun terbaik. Sempatkan melihat proses tenun dan pewarnaan dengan menggunakan bahan alami yang didapat dari alam. Motif tenunan berbeda di masing-masing daerah. Sumba barat punya tenunan bermotif lebih sederhana dari Sumba Timur.

Resort

Ada beberapa pilihan menginap murah seharga Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu, terutama di ibukota kabupaten. Biasanya hotel juga menyediakan transportasi dari dan menuju bandara. Ada pula pilihan untuk menginap di resort berbintang seperti Nihiwatu di Sumba Barat.

Saat Perjalanan dan Waktu Berkunjung

Pejalan yang berkunjung pada musim hujan akan bertemu Sumba yang hijau, basah dan bersyukur atas hujan. Padang sabana terbentang seperti karpet hijau sejauh mata memandang.

Mengunjungi Sumba pada musim hujan artinya harus siap menembus jalan yang berubah menjadi kolam berlumpur. Pada umumnya kondisi jalan utama Sumba sudah cukup bagus. Namun untuk menuju pantai maupun kampung adat di pedalaman, perjalanan harus melewati jalan tanah yang akan becek ketika hujan turun.

Tak demikian keadaannya pada musim kemarau. Saat itu padang hijau akan diganti warna cokelat karena rumput kekeringan. Sumba memang masyhur dengan cuacanya yang panas dan kering. Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul Beri Aku Sumba menceritakan Sumba sebagai “cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari.”

Saat musim panas, transportasi menuju tempat terpencil lebih mudah. Langit nampak biru dengan malam penuh bintang sehingga memungkinkan petualangan di alam bebas seperti hiking atau berkemah.

Culture
Selain memperhitungkan cuaca, waktu terbaik untuk melakukan perjalanan di pulau ini adalah saat digelarnya upacara adat. Upacara yang sayang untuk dilewatkan adalah Pasola, “perang” dua pasukan berkuda dengan cara melempar lembing dari atas kuda.

Upacara adat Pasola digelar empat kali setahun di empat tempat berbeda, biasanya pada Februari dan Maret. Hanya pemuka adat yang bisa menentukan kapan tanggal pasti Pasola digelar, karena upacara ini harus dilakukan bertepatan dengan munculnya cacing Nyale dari laut.

Upacara dimulai sejak dini hari dengan kegiatan mencari nyale di pantai. Sesudahnya barulah para rato bersiap di atas kuda, tanpa pelana. Pasola merupakan kegiatan yang berisiko tinggi karena melibatkan . Peserta Pasola tak takut darah yang tumpah. Luka dianggap biasa dan kematian tak menyisakan dendam.

Adapun pada bulan Oktober atau November terdapat upacara penutupan Wula Podu di Waikabubak, Sumba Barat. Wula podu adalah bulan larangan yang berlaku di Kampung Tarung, Prai Klembung dan Waitabar. Pada bulan larangan para penghuni kampung banyak dilarang melakukan berbagai kegiatan – bahkan tak boleh menangisi keluarga yang meninggal. Pada akhir Wula Podu penduduk mengadakan pesta adat yang sangat meriah dengan korban binatang dan tari-tarian.

Upacara pemakaman juga menjadi atraksi menarik bagi para turis. Pemeluk kepercayaan Marapu percaya bahwa orang mati membutuhkan bekal untuk pergi ke alamnya. Jenazah akan dibungkus dengan berlapis-lapis kain tenun, diiringi dengan penyembelihan korban hewan dalam jumlah banyak. Puluhan kerbau, puluhan babi dan ratusan ayam dipercaya bisa menjadi bekal almarhum menjadi roh penghuni Marapu.

Semua upacara ini tidak diadakan secara teratur menurut kalender masehi. Untuk mengetahui kapan upacara-upacara ini diadakan, sebaiknya hubungi biro perjalanan maupun hotel sebelum merencanakan perjalanan.

Marapu

Agama Marapu adalah “agama asli” yang masih hidup dan dianut oleh orang Sumba di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Adapun yang dimaksud dengan agama Marapu ialah sistem keyakinan yang berdasarkan kepada pemujaan arwah-arwah leluhur (ancestor worship). Dalam bahasa Sumba arwah-arwah leluhur disebut Marapu , berarti “yang dipertuan” atau “yang dimuliakan”. Karena itu agama yang mereka anut disebut Marapu pula. Marapu ini banyak sekali jumlahnya dan ada susunannya secara hirarki yang dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Marapu dan Marapu RatuMarapu ialah arwah leluhur yang didewakan dan dianggap menjadi cikal-bakal dari suatu kabihu (keluarga luas, clan), sedangkan Marapu Ratu ialahmarapu yang dianggap turun dari langit dan merupakan leluhur dari para marapu lainnya, jadi merupakan marapu yang mempunyai kedudukan yang tertinggi. Kehadiran para marapu di dunia nyata diwakili dan dilambangkan dengan lambang-lambang suci yang berupa perhiasan mas atau perak (ada pula berupa patung atau guci) yang disebut Tanggu Marapu. Lambang-lambang suci itu disimpan di Pangiangu Marapu, yaitu di bagian atas dalam menara uma bokulu (rumah besar, rumah pusat) suatu kabihu. Walaupun mempunyai banyak Marapu yang sering disebut namanya, dipuja dan dimohon pertolongan, tetapi hal itu sama sekali tidak menyebabkan pengingkaran terhadap adanya Yang Maha Pencipta. Tujuan utama dari upacara pemujaan bukan semata-mata kepada arwah para leluhur itu sendiri, tetapi kepada Mawulu Tau-Majii Tau (Pencipta dan Pembuat Manusia), Tuhan Yang Maha Esa. Pengakuan adanya Yang Maha Pencipta biasanya dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat kiasan, itu pun hanya dalam upacara-upacara tertentu atau peristiwa-peristiwa penting saja. Dalam keyakinanMarapu, Yang Maha Pencipta tidak campur tangan dalam urusan duniawi dan dianggap tidak mungkin diketahui hakekatnya sehingga untuk menyebut nama-Nya pun dipantangkan. Sedangkan para Marapu itu sendiri dianggap sebagai media atau perantara untuk menghubungkan manusia dengan Penciptanya. Kedudukan dan peran para Marapu itu dimuliakan dan dipercaya sebagai lindi papakalangu – ketu papajolangu (titian yang menyeberangkan dan kaitan yang menjulurkan, sebagai perantara) antara manusia dengan Tuhannya. Selain memuja arwah leluhur, bentuk agama yang disebut Marapu ini percaya juga akan bermacam roh yang ada di alam sekitar tempat tinggal manusia sehingga perlu pula dipuja, percaya bahwa benda-benda dan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya berjiwa dan berperasaan seperti manusia, dan percaya tentang adanya kekuatan gaib pada segala hal atau benda yang luar biasa. Untuk mengadakan hubungan dengan para arwah leluhur dan arwah-arwah lainnya, orang Sumba melakukan berbagai upacara keagamaan yang dipimpin oleh ratu (pendeta) dan didasarkan pada suatu kalender adat yang disebut Tanda Wulangu. Kalender adat itu tidak boleh diubah atau ditiadakan karena telah ditetapkan berdasarkan nuku-hara (hukum dan tata cara) dari para leluhur. Bila diubah dianggap akan menimbulkan kemarahan para leluhur dan akan berakibat buruk pada kehidupan manusia. Dalam kepercayaan agama Marapu, roh ditempatkan sebagai komponen yang paling utama, karena roh inilah yang harus kembali kepada Mawulu Tau-Majii Tau. Roh dari orang yang sudah mati akan menjadi penghuni Parai Marapu (negeri arwah, surga) dan dimuliakan sebagai Marapu bila semasa hidupnya di dunia memenuhi segala nuku-hara yang telah ditetapkan oleh para leluhur. Menurut kepercayaan tersebut ada dua macam roh, yaitu hamangu (jiwa, semangat) dan ndiawa atau ndewa (roh suci, dewa). Hamangu ialah roh manusia selama hidupnya yang menjadi inti dan sumber kekuatan dirinya. Berkat hamangu itulah manusia dapat berpikir, berperasaan dan bertindak. Hamangu akan bertambah kuat dalam pertumbuhan hidup, dan menjadi lemah ketika manusia sakit dan tua. Hamangu yang telah meninggalkan tubuh manusia akan menjadi makhluk halus dengan kepribadian tersendiri dan disebut ndiawa. Ndiawa ini ada dalam semua makhluk hidup, termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan, yang kelak menjadi penghuni parai marapu pula. Hampir seluruh segi-segi kehidupan masyarakat Sumba diliputi oleh rasa keagamaan. Bisa dikatakan agama Marapu sebagai inti dari kebudayaan mereka, sebagai sumber nilai-nilai dan pandangan hidup serta mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Karena itu tidak terlalu mudah mereka melepaskan keagamaannya untuk menjadi penganut agama lain. Walaupun dalam budaya Sumba tidak dikenal bahasa tulisan, orang Sumba mempunyai kesusasteraan suci yang hidup dalam ingatan para ahli atau pemuka-pemuka agama mereka. Kesusasteraan suci ini disebut Lii Ndai atau Lii Marapu yang diucapkan atau diceriterakan pada upacara-upacara keagamaan diiringi nyanyian adat. Kesusasteraan suci dianggap bertuah dan dapat mendatangkan kemakmuran pada warga komunitas dan kesuburan bagi tanaman serta binatang ternak. Upacara-upacara keagamaan dan lingkaran hidup yang mereka laksanakan, terutama upacara kematian, diselenggarakan secara relatif mewah sehingga memberi kesan pemborosan. Namun bagi orang Sumba, hal tersebut mereka lakukan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada Yang Maha Esa, tanda hormat dan bakti pada para leluhur, serta menjalin rasa solidaritas kekerabatan di antara mereka. Pada setiap upacara keagamaan berbagai bentuk kesenian biasanya ditampilkan pula. Dapat dikatakan bahwa kesenian merupakan pengiring bagi religi mereka. Upacara-upacara keagamaan di Sumba selalu dianggap keramat, karena itu tempat-tempat upacara, saat-saat upacara, benda-benda yang merupakan alat-alat dalam upacara serta orang-orang yang menjalankan upacara dianggap keramat pula. Mereka menyembah Mawulu Tau — Majii Tau dengan perantaraan para marapu yang merupakan media antara manusia dengan Penciptanya. Setiap kabihu mempunyai marapu sendiri yang dipujanya agar segala doa dan kehendaknya disampaikan kepada Maha Pencipta. Para marapu itu diupacarakan dan dipuja di dalam rumah-rumah yang didiami oleh warga suatu kabihuterutama di rumah yang disebut uma bokulu (rumah besar, rumah pusat) atau uma bungguru (rumah persekutuan). Di dalam rumah itulah dilakukan upacara-upacara keagamaan yang menyangkut kepentingan seluruh warga kabihu, misalnya upacara kelahiran, perkawinan, kematian, menanam, memungut hasil dan sebagainya. Tempat upacara pemujaan kepada paramarapu bukan hanya di dalam rumah saja, tetapi juga di luar rumah, yaitu di katoda, tempat upacara pamujaan di luar rumah berupa tugu (semacam lingga-yoni) yang dibuat dari sebatang kayu kunjuru atau kayu kanawa yang pada sisi-sisinya diletakkan batu pipih. Di atas batu pipih inilah bermacam-macam sesaji, seperti pahapa (sirih pinang), kawadaku(keratan mas) dan uhu mangejingu (nasi kebuli) diletakkan untuk dipersembahkan kepada Umbu-Rambu (dewa-dewi) yang berada di tempat itu. Di dalam suatu paraingu biasanya terdapat pemujaan kepada satu marapu ratu (maha leluhur). Misalnya, maha leluhur di Umalulu ialah Umbu Endalu dan dipuja dalam suatu rumah kecil yang tidak dihuni manusia, karena itu rumah pemujaan tersebut bernama Uma Ndapataungu (rumah yang tak berorang) yang dalam luluku (bahasa puitis, berbait)disebut sebagai Uma Ndapataungu — Panongu Ndapakelangu (rumah yang tak berorang dan tangga yang tak berpijak). Menurut kepercayaan orang Umalulu, Umbu Endalu mendiami rumah tersebut secara gaib. Secara lahir rumah itu tampak kecil saja, tetapi secara gaib rumah itu sebenarnya merupakan rumah besar. Mereka menganggap Umbu Endalu senantiasa berada di dalam rumah tersebut, karena itu tangga untuk naik turun ke rumah selalu disandarkan. Rumah permujaan Uma Ndapataungu disebut juga Uma Ruu Kalamaku (rumah daun keIapa) karena atapnya dibuat dari daun kelapa; dan Uma Lilingu (rumah pemali), karena untuk datang dan membicarakan rumah tersebut harus menurut adat atau tata cara yang telah ditetapkan oleh para leluhur pula. Uma Ndapataungu berbentuk uma kamudungu (rumah tak bermenara) dan menghadap ke arah tundu luku (menurut aliran air sungai, hilir ) serta terletak di bagian kani padua (pertengahan, pusat) dari Paraingu Umalulu. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membangun rumah pemujaan itu ialah kayu ndai linga atau ai nitu (cendana) yang digunakan untuk tiang-tiang (jumlah seluruh tiang dari rumah pemujaan ini ada enam belas buah tiang), atap dan dinding dari bahan ruu kalamaku (daun kelapa), tali pengikat dari bahan huaba (selubung mayang kelapa). Bahan-bahan tersebut harus diambil dari suatu tempat yang bernama Kaali — Waruwaka dan sekitarnya. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan di Uma Ndapataunguialah upacara Pamangu Kawunga yang dilaksanakan empat tahun sekali, yaitu bertepatan dangan diperbaikinya tempat pemujaan tersebut; dan upacara Wunda lii hunggu — Lii maraku, yaitu upacara persembahan yang dilaksanakan setiap delapan tahun sekali. Menurut pandangan orang Sumba, manusia merupakan bagian dari alam semesta yang tak terpisahkan. Hidup manusia harus selalu disesuaikan dengan irama gerak alam semesta dan selalu mengusahakan agar ketertiban hubungan antara manusia dengan alam tidak berubah. Selain itu manusia harus pula mengusahakan keseimbangan hubungan dengan kekuatan-kekuatan gaib yang ada di setiap bagian alam semesta ini. Bila selalu memelihara hubungan baik atau kerja sama antara manusia dengan alam, maka keseimbangan dan ketertiban itu dapat dipertahankan. Hal tersebut berlaku pula antara manusia yang masih hidup dengan arwah-arwah dari manusia yang sudah mati. Manusia yang masih hidup mempunyai kewajiban untuk tetap dapat mengadakan hubungan dengan arwah-arwah leluhurnya. Mereka beranggapan bahwa para arwah leluhur itu selalu mengawasi dan menghukum keturunannya yang telah berani melanggar segala nuku — hara sehingga keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya terganggu. Untuk memulihkan ketidakseimbangan yang disebabkan oleh perbuatan manusia terhadap alam sekitarnya dan mengadakan kontak dengan para arwah leluhurnya, maka manusia harus melaksanakan berbagai upacara. Saat-saat upacara dirasakan sebagai saat-saat yang dianggap suci, genting dan penuh dengan bahaya gaib. Oleh karena itu, saat-saat upacara harus diatur waktunya agar sejajar dengan irama gerak alam semesta. Pengaturan waktu untuk melakukan berbagai upacara itu didasarkan pada kalender adat, tanda wulangu. Dalam jangka waktu kehidupan tiap individu dalam masyarakat Sumba ada saat yang dianggap genting atau krisis, yaitu saat kelahiran, menginjak dewasa, perkawinan dan kematian. Pada saat-saat seperti itulah upacara keagamaan biasanya dilaksanakan. (P. Soeriadiredja). MARAPU : AGAMA ASLI ORANG UMALULU di SUMBA TIMUR


edutelekomunikasi

Kali Sueto akan membahas blog yang nyempil di footer kiri palink bawah……..Blog edukasi ini dibuat april2011  oleh salah satu anggota senior Sueto yaitu Cak Hilmy dan rekannya Erwinda ……………itung2 promosiiin blog mereka nih..

Cak Hilmy Sueto

Rwinda

bertujuan  untuk edukasi yang lebih banyak terfokus kepada bidang telekomunikasi ..Ndah Cak Hilmy ini sama Erwinda kebetulan keduanya kuliah di bidang elektro dan kosentrasinya di telekomunikasi sehingga diharapkan dengan adanya blog edukasi ini bisa pada sharing ilmu…untuk lebih detailnya cekidot saja…http://edutelekomunikasi.wordpress.com/

Acer Iconia


Acer telah mengumumkan produk mereka untuk pasar PC Tablet, Tablet mereka diberi nama Acer Iconia. Perusahaan Raksasa dari taiwan ini akan menjadi perusahaan pesaing yang serius Apple dengan iPadnya dan Samsung dengan Galaxy Tab

Ada 6 alasan mengapa Acer Iconia disebut pesaing serius di pasar PC Tablet:

Pertumbuhan Acer selalu berkelanjutan.
Beberapa tahun yang lalu, nama produsen Acer telah terdengar di industri komputer, tapi sekarang Acer telah berubah menjadi sebuah perusahaan komputer besar dengan banyak jenis produk, seperti perusahaan HP dan Dell. Kisah sukses dan pengalaman Acer dalam pemasaran komputer dapat diulang dalam pemasaran PC Tablet.

Acer Tablet PC memiliki 2 pilihan.
Acer Iconia 7 inci dan 10 inci Acer Iconia. Acer menawarkan 2 model PC Tablet, yaitu berukuran 7 inci dan 10,1 inci. Ini adalah sebuah solusi bagi konsumen untuk memilih Tablet PC yang akan dibeli, sedangkan iPad dan Galaxy Tab baru-baru ini tersedia hanya 1 model Tablet PC saja.

Acer Iconia mamiliki 2 jenis OS.
Acer Iconia memiliki 2 jenis sistem operasi, Windows dan Android. Maka dari ini konsumen dapat memilih sistem operasi (OS) yang mereka ingin gunakan.

Desain Iconia terbaik
Dari segi desain Acer PC Tablet sangat menarik. Acer menganggap bahwa desain sangat besar manfaatnya dan pengaruhnya bagi konsumen. Terutama dari segi pemasarannya sendiri.

Acer tidak terburu-buru
Acer berencana ke pasar PC Tablet tahun depan, itu berarti bahwa Acer menunggu Google untuk mengembangkan versi Andoid yang telah diperbaharui untuk PC Tablet. Acer akan memasang piranti OS Android Honeycomb di PC Tablet mereka.

Acer akan mendapatkan pasar diperusahaan
Meskipun pasar perusahaan memiliki potensi yang rendah untuk menjadi pasar tersendiri untuk pc tablet, produk acer mungkin tablet bisa mempermudah untuk menyelesaikan kepentingan mereka. Dengan didasarkan pada OS Windows dan layar 10,1 inch, acer pc tablet memiliki potensi untuk menjadi solusi untuk para pelaku bisnis.



Google tidak akan menghapus program software platform Android 3.0 atau Honeycomb untuk penggunaan pada jenis ponsel. Raksasa internet google masih menunda penggunaan Honeycomb untuk perangkat lebih kecil dari tablet atau pada smartphone.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya oleh pihak Google, bahwa Honeycomb secara khusus dirancang untuk tablet, bukan peruntukan pada piranti smartphone. Dan Google masih harus melakukan banyak pekerjaan atau riset penelitian sebelum OS-nya dirilis dalam format open source.

Keterlambatan ini mungkin memerlukan waktu hingga beberapa bulan. Namun pihak Google tidak mengatakan sampai kapan batas waktunya.

Pihak Google mengatakan bahwa, mereka senang untuk menawarkan berbagai fitur baru untuk Android tablet nantinya, tetapi mereka juga harus bekerja keras sebelum menyajikan Honeycomb pada jenis-jenis perangkat gadget pintar, termasuk ponsel, “kata pihak Google.

Juga ditambahkan lagi, memutuskan untuk tidak melepaskan Honeycomb ke open source. Mereka berkomitmen untuk menyediakan Android sebagai platform terbuka dalam berbagai perangkat dan akan menerbitkannya secepat mungkin jika sudah siap.

Itu berarti, para vendor ponsel yang ingin menggunakan Honeycomb, harus sabar menunggu untuk mendapatkan ketersediaan kode akses. Tapi OEM besar seperti HTC atau Motorola misalnya, sudah bisa mengaksesnya. Mereka pada umumnya menempatkan kedalam produk tablet mereka, seperti pada tablet Acer.