Tag Archive: East Kalimantan



BINGUNG memilih tempat untuk berlibur saat liburan sekolah nanti? Taman Nasional Kutai (TNK) merupakan salah satu objek wisata andalan di Kalimantan Timur dan bisa menjadi pilihan tepat.

Selain sebagai ajang wisata alam, TNK juga bisa digunakan sebagai kegiatan penelitian, perkemahan, serta pendidikan alam. TNK merupakan taman nasional ketiga di Tanah Air yang digunakan sebagai pusat rehabilitasi orangutan.

Taman Nasional Kutai atau biasa disingkat TNK adalah sebuah taman nasional yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan sebagian kecil wilayah Kota Bontang yang memiliki lahan total seluas 198.629 ha. Kantor atau balai pengeloloa TNK berada di Kota Bontang. Namun seiring masuk tahun 2000-an, wilayah TNK ini mulai dirambah penduduk untuk dijadikan pemukiman dan lahan perkebunan sehingga wilayah TNK yang masih benar-benar asli mungkin jauh dibawah lahan yang seluas 198.629 ha pada akhir tahun 1990-an.

Sejarah

Kawasan ini semula berstatus sebagai Hutan Persediaan dengan luas 2.000.000 ha berdasarkan Surat Keputusan (SK) Pemerintah Hindia Belanda (GB) Nomor: 3843/AZ/1934, yang kemudian oleh Pemerintah Kerajaan Kutai ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa Kutai melalui SK (ZB) Nomor: 80/22-ZB/1936 dengan luas 306.000 ha.

Sejak keberadaan TN Kutai memang tidak pernah lepas dari konflik kepentingan. Berdasarkan data yang ada, dalam kurun waktu 63 tahun terakhir terhitung sejak tahun 1934 sampai tahun 1997 kawasan ini terus mengalami pengurangan luas secara drastis

Flora

Taman Nasional Kutai memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia.

Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.

Pohon ulin yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.

Fauna

Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, taman nasional ini juga memiliki potensi keanekaragaman satwa yang tinggi, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan (Pongo satyrus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil(Tragulus javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai. Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau (Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular asia (Anhinga melanogaster melanogaster).

Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang berlokasi di Teluk Kaba.

Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan pelestarian taman nasional tersebut.

Letak

TN Kutai membentang di sepanjang garis khatulistiwa mulai dari pantai Selat Makassar sebagai batas bagian timur menuju arah daratan sepanjang kurang dari 65 km. Kawasan ini juga dibatasi Sungai Sangatta di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi Hutan Lindung Bontang dan HPH PT Surya Hutani Jaya, dan sebelah barat dibatasi ex HTI PT Kiani Lestari dan HPHPT Surya Hutani Jaya. TN Kutai secara geografis berada di 0o7’54” – 0o33’53” LU dan 116o58’48” – 117o35’29” BT, sedangkan wilayah administratifnya terletak di kecamatan Bontang selatan dan utara, kecamatan muara badak, kecamatan marang kayu kabupaten kutai timur propinsi Kaltim, Indonesia.

Lokasi Wisata

Teluk Kaba dan Muara Sangkimah. Wisata bahari dan pengamatan satwa seperti orangutan, bekantan, rusa sambar, kancil, beruang madu dan burung.
Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata. Wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko. Penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi hutan.
Goa Lobang Angin. Wisata goa.

Atraksi Budaya

Festival Erau pada bulan September di Tenggarong.

Musim kunjungan terbaik: bulan April s/d Oktober setiap tahunnya.

Fasilitas

Di kawasan TNK terdapat peginapan(podokan) yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Disamping itu TNK memiliki beberapa fasilitas penunjang lainnya bumi perkemahan, speed boat dan kapal, fasilitas penelitian dll.

Akses

Perjalanan dapat ditempuh melalui perjalanan darat. Jarak Samarinda menuju Bontang adalah 120km ditempuh dalam waktu rata2 2,5-3jam atau bisa juga dari Balikpapan menuju Bontang 250km dengan jarak tempuh 4,5-5jam perjalanan. Bontang-Teluk Kaba dengan menggunakan speed boat sekira 30 menit. Selain itu, antara Bontang-Sanggata terdapat jalan raya membelah taman nasional.

Mirror Labuan Lake


Jauh di pedalaman Kalimantan Timur sana, terbentanglah Danau Labuan Cermin. Danau bening ini istimewa karena memiliki laut di dasarnya. Laut di dasar danau? Benar, danau ini memiliki aliran air asin yang hanya ada di bagian bawah danau.

Labuan Cermin terletak di Kecamatan Biduk-biduk Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Jika dilihat di peta, letaknya tepat di punggung hidung Kalimantan. Tempat ini bisa ditempuh dalam tiga jam perjalanan laut dari Derawan.

Bagian atas Danau Labuan Cermin berisi air tawar seperti danau pada umumnya. Namun beberapa meter di bawahnya terdapat aliran air asin. Anehnya, kedua jenis air ini tidak tercampur. Secara kasat mata dapat dilihat bahwa air laut dan air tawar dipisahkan oleh lapisan serupa awan.

Belum ada yang melakukan penelitian di daerah ini sehingga terbentuknya fenomena ini masih menjadi misteri. Air yang konon juga menjadi tempat mandi para Raja Berau di masa lalu, juga dimanfaatkan warga sebagai sumber air bersih. Tak perlu bahan kimia, cukup siapkan pipa saja dan air bisa disedot untuk dialirkan ke rumah-rumah.

Lapisan keruh berwarna putih itu diduga hasil pembusukan organisme dasar labuhan yang terperangkap dan tak bisa pergi. Dua jenis air di danau ini juga menghadirkan organisme dari dua dunia. Ikan air tawar hidup di permukaan, sedangkan ikan air laut bisa ditemukan di dasar danau.

Danau mungil ini dikelilingi hutan dan ada tebing menjulang tinggi di salah satu sisinya. Sambil berenang kami disuguhi musik hutan — suara burung dan serangga. Tak mengherankan jika danau ini diberi nama Labuan Cermin: airnya jernih sekali sampai orang bisa bercermin di atasnya. Arus di beberapa tempat cukup kuat dan mudah menyeret orang yang tak bisa berenang.

Untuk menuju tempat ini kami harus menumpang sampan nelayan dan melewati perjalanan selama 15 menit, menembus semak bakau dan hutan. Hutan itu masih dihuni aneka binatang liar seperti monyet, bekantan, berang-berang dan beruang madu.

Karena jaraknya cukup jauh dari kota, jarang atau hampir tidak ada turis yang berkunjung ke sini. Tempat ini hanya dikenal oleh orang-orang lokal dari sekitar daerah itu. Fasilitas dan prasarana pun masih seadanya. Tempat kami menginap adalah sebuah Pusat Informasi Nelayan (PIN) binaan The Nature Conservancy, lembaga pegiat pelestarian lingkungan yang mengundang saya mengunjungi tempat ini.

PIN berbentuk rumah panggung di tepi muara sebuah sungai, hanya beberapa ratus meter dari laut. Rumah itu punya semacam dermaga kecil tempat menambatkan perahu. Sungai di depan PIN berair payau. Kadar keasinannya tergantung pada pasang-surut air laut. Ketika laut surut, sungai berubah menjadi sangat jernih sehingga dasarnya dapat dilihat dengan jelas.

Dari beranda kita bisa melihat ikan berseliweran. Ada ikan yang banyak durinya, ada ikan yang menyengat dan ikan yang bertubuh pipih panjang. Tak hanya dikunjungi oleh para nelayan, PIN juga menjadi tempat berkumpul anak-anak nelayan yang hendak menonton film tentang kehidupan laut atau membaca koleksi perpustakaan.

Tak jauh dari lokasi ini, penikmat wisata juga bisa mengunjungi pantai Teluk Sulaiman, yang tak kalah indah dengan Pulau Derawan. Kawasan itu juga terus ditingkatkan fasilitasnya sebagai daerah kunjungan wisata alternatif.