Hello Salam Wildlife!Kali ini suetoclub akan sedikit menceritakan perjalanan untuk menyalurkan bantuan sosial untuk korban gempa Lombok 2018.
Kami suetoclub tim mengirimkan beberapa personel sebagai relawan untuk menyalurkan bantuan sosial yang telah terkumpul. Sebelumnya memang para personel kami telah survey beberapa tempat dan sempat menyalurkan dana untuk gel 1 ke desa lading-lading yang terkena dampak gempa saat itu.
Nah untuk penyaluran dana gel 2 dan 3 kami berencana untuk menyalurkannya langsung ke desa-desa yang terdampak gempa karena di prediksi gempa di Lombok akan berangsur terus sampai 4 bulan kedepan tercatat sampai kami posting ini masih ada gempa kemarin hari tanggal 3 September 2018 sekitar 5,3 SR http://bali.tribunnews.com/2018/09/02/gempa-53-sr-kembali-guncang-lombok-utara-pagi-ini dan dalam satu bulan, 1973 gempa susulan terjadi di Lombok (https://regional.kompas.com/read/2018/08/31/06414671/5-fakta-terbaru-gempa-lombok-32129-rumah-rusak-hingga-ratusan-gempa-susulan )
Bayangkan warga di Lombok hidup dalam ketakutan yang sewaktu-waktu bisa membunuh mereka.
Rencananya pada saat itu kami berangkat setelah lebaran idul adha via KMP Legundi tapi karena KMP Legundi saat itu ada perbaikan maka kami putuskan untuk mengundurkan jadwal keberangkatan. Sabtu di Minggu terakhir di bulan Agustus kami punberangkat perjalanan dengan KMP Legundi ini dari SBY-MTR atau perak ke pelabuhan lembar memakan waktu sekitar 20-24jam lah total otomatis kami sampai di hari berikutnya.
Di pelabuhan Lembar kita sudah dijemput para personel kita yang telah base di Mataram. Malamnya kami adakan rapat untuk menentukan lokasi desa yang akan mendapat donasi dari sumbangan rekan-rekan yang telah terkumpul.
Hari itu pun tidur kami tak nyenyak karena beredarnya banyak isu tentang gempa besar di Lombok pada tanggal 26 Agustus. Alhamdulillah tak terjadi gempa sampai pagi harinya. Hari itu juga uang donasi kami belanjakan untuk kebutuhan korban gempa di pasar setempat. Sumbangan nantinya kami berikan berupa sembako non Indomie dan susu karena para pengungsi pasti sudah membludak stoknya jika bantuan rata-rata penyumbang hanya berupa mieinstan dan susu saja bayangkan saja setiap hari asupan para korban gempa hanya susu dan indomie kasihan anak-anak dan orang tua akan rentan penurunan gizi selama di pengungsian..sangat kita sayangkan.
Oleh karena itu sumbangan lebih baik jika berupa sayuran, makanan kaleng, buah-buahan, bumbu-bumbu olah dan snack. Sehingga orang-orang di pengungsian bisa masak dan makan-makanan yang layak dan bergizi. Kemudian sumbangan yang tak kalah penting adalah sumbangan terpal untuk setiap KK..Karena berada dalam satu tenda dengan banyak orang kadang membuat tidak nyaman apalagi untuk waktu yang sangat lama misalnya untuk beberapa bulan..
Harga tenda dan terpal pun di Lombok saat itu lagi mahal-mahalnya kadang ada yang sampai 100%lebih kenaikannya. Yah momen ini banyak dimanfaatkan para pedagang nakal untuk menambah pundi-pundi uangnya. Akhirnya banyak yang beli tenda atau pesan tenda langsung dari luar pulau misalnya dari Surabaya atau Bali.
Setelah semua bahan baku untuk donasi kami hari itu langsung menuju ke desa guntur Macan daerah Lombok Barat termasuk desa yang terdampak parah dan rata-rata rumah disana ambruk. Daerahnya pun sulit dijangkau truk-truk besar karena memang jalan masuk kedesanya sempit. Alhamdulillah saat itu sudah ada beberapa sumbangan dari relawan yang masuk tapi belum merata dan belum tersentuh sumbangan renovasi dari pemerintah.
Berikut sedikit dokumentasi dari kami :
Setelah dari desa guntur macam kami berkeliling ke Lombok Utara yang sekarang sepi wisatawan manca negara hotel-hotel banyak yang ditinggalkan begitu saja..Rumah-rumah di sekitar senggigi banyak yang rubuh dan rusak karena gempa juga sekitar Lombok Utara.
Malamnya sempet mampir untuk makan makanan khas Lombok..Sate rembiga dan sayur plencing biar bisa secepat zohri larinya..
Malam itupun juga terasa aman karena tidak ada gempa susulan lagi
Esok Harinya keadaan mulai kondusif kita persiapan menuju daerah Sambelia Lombok Timur..Berangkat Pagi menjemput sodaranya Heri di kayangan untuk ikut gabung dengan kita menuju desa Kemong.
Desa Kemong ini terletak di sambelia jalan obel-obel desanya agak masuk kedalam dan belum ada bantuan masuk karena jalan ke desanya jembatannya terputus untung sungai bawah jembatan kering jadi masih bisa dilewati mobil jika musim hujan akan kerepotan masuk ke desa ini.
Dan Alhamdulillah kita bisa masuk sampai pelosok. Berikut Dokumentasinya:
Hari ini adalah pengalokasian dana terakhir dari sumbangan gempa Lombok gel 2 dan 3. Kemudian kita kembali Menuju bandara ke Praya untuk mengantarkan salah seorang personel kembali Surabaya. Sebelumnya kami sempat mampir makan siang di Pohon Purba daerah labuhan Lombok persis didepan pantai Pengayoman
Setelah makan siang kita ke bandara internasional Lombok di Praya
kemudian sempat menikmati sunset di Pantai Gading. Finishlah tugas kita di Lombok..Dan Alhamdulillah tidak ada gempa lagi malam ketiga kita disana..Besok paginya kita bersiap kembali ke Surabaya via KMP Legundi Lagi
Paginya kita sampai di Lembar jadwal keberangkatan kapal saat itu jam 2 siang WITA..dan ternyata si kapal legundi ada trouble pintu hidrolisnya rusak satu..Akhirnya kita menunggu seharian. Malam Ke 4 kita di Lombok Alhamdulillah belum terasa gempa lagi.
Sampai pagi dini hari sekitar jam 3 pagi ternyata kapal legundi sudah bisa berlayar tapi karena kita telat masuk akhirnya kita berempat masuk kapal lewat pintu samping pakai kapal sekoci..hehe..Hampir saja ketinggalan..
Prediksi perjalanan sekitar 20-24jam kami pun tiba di Surabaya jam 2 pagi dini hari esoknya..Setelah perjalanan kerumah masing-masing di Surabaya..kami Suetoclub tidak lupa mengucapkan rasa bersyukur dan berterimakasih kepada para donatur atas kerelaan menyumbangkan rejekinya untuk saudara-saudara kita di Lombok yang terkena musibah..
Video :
Beberapa Saat kemudian setelah sekitar tanggal 2-3 September 2018 kami dapat info dari rekan relawan kami yang survey sampai ke sembalun ternyata masih ada beberapa desa yang belum tersentuh bantuan untuk infonya :
CERITA PILU DARI SEMBALUN – LOMBOK
Hari ini saya dan Hery Irawan Yahya sengaja datang ke daerah Sembalun untuk survey, sekedar menilik apakah kawasan ini sudah bisa dikunjungi wisatawan.
Berbekal semangat #LombokBangkit, saya optimis daerah ini bisa dikunjungi dan aman karena selain jadi destinasi favorit turis, kawasan ini juga gampang dijangkau. Nggak harus trekking masuk2 hutan belantara kayak ke air terjun-air terjunnya.
Begitu sampai sana, saya terkejut melihat kondisi rumah tradisional di sana ternyata sudah pada hancur. Padahal rumah-rumah adat lain di Lombok terkenal kuat dan tahan gempa. Tapi hanya di kawasan Sembalun saja yang rumah adatnya hancur lebur dengan tanah.
Rumah2 ini bukan sekedar pajangan untuk wisatawan. Tapi juga rumah bagi puluhan kepala keluarga. Kini mereka terpaksa mengungsi di tenda2 terpal di belakang rumah adat.
Mas Hamidun, pemuda yang biasa jadi guide di situ menyambut saya dan Hery. Biasanya dia sumringah. Siang itu raut wajahnya tampak sedih dan putus asa.
“Ya beginilah mbak keadaan rumah kami. Rumah adat ini hancur saat gempa 7.0 SR tgl 5 Agustus kemarin. Nggak ada yang bersisa. Bahkan mushola yang susah payah kami bangun pun hancur berantakan.”
Saya nggak bisa menanggapi apa-apa.
Sejak gempa tgl 5 Agustus 2018, warga tak berani membuka kawasan wisata Bale Beleq dan Bukit Selong. Mereka takut ketika ada wisatawan terlanjur naik bukit, lalu ada gempa susulan.
Tgl 29 Juli silam, ada wisatawan yang terkena gempa 6.4 SR saat masih di atas bukit. Mereka langsung trauma sampai anaknya si wisatawan ga bisa bicara lagi. Makanya mereka nggak berani buka kawasan itu.
Sayangnya, warga di situ hidupnya bergantung dari wisata Bukit Selong. Ketika Bukit Selong ditutup, maka terputus pulalah nafkah mereka.
Mirisnya, daerah ini tidak lagi mendapat bantuan sejak 5 Agustus 2018. Sebab, relawan dan pemerintah mulai fokus memberi bantuan ke KLU dan Lombok Barat.
Sampai hari ini mereka hidup seadanya. Mereka gunakan apa saja yang ada untuk bertahan hidup.
Bahkan sampe putus asanya, Mas Hamidun sampai bilang “Ya kalau Mbak ada kelebihan, boleh lah dikasih ke kami. Kami di sini juga butuh makan. Belum lagi di sini kami sangat perlu popok bayi. Dan di sini juga banyak orang lanjut usia yang harus dipopokin juga. Sejak gempa kemarin, perekonomian kami lumpuh total”.
Saya jadi agak menyesal kenapa kemarin2 waktu masih galang dana, saya sama sekali tidak melirik kawasan ini. Padahal ternyata mereka juga tak tersentuh bantuan 😢.
Sayangnya saya sudah berhenti jadi relawan karena harus balik kerja lagi.
Bagi teman2 yang mau membantu Mas Hamidun dan warga Bale Beleq, silakan langsung hubungi yang bersangkutan.
Bagi teman2 yang berniat membantu, silakan hub. Mas Hamidun di no : 0823 5930 7552.
Kamu juga bisa transfer donasi langsung ke :
No rek : 07223 19776
An. Hamidun
BNI cabang Mataram
Bantuan Anda akan sangat berarti bagi mereka. Ga kebayang rasanya bagaimana mereka harus makan seadanya selama 1 bulan ini. 😢
#Repost from FB :https://www.facebook.com/lialilasta?fb_dtsg_ag=AdwTKBn56cvKTTxmeAB8rFKdtdC8engpf0YupV7iw1XTkA%3AAdymPPV964_i1P3nvlMft4uWFnXMwkMGqpeHZKHCTke4ew
Berikut foto-fotonya :